"Kami tidak tahu bahwa itulah malam terakhir kami bertemu dengan Al-Faruqi," Ucap mereka. "Tesis saya mengenai seni Islam," Sambung Saleh, merupakan bahan pembicaraan kami.
Saya mengulangi kembali ide-ide Al-Faruqi tentang seni Islam -- bahwa dalam seni Islam apa yang tidak di ekspresikan adalah alam, kondisi manusia; dan apa yang di ekspresikan adalah transenden Allah. Karena itu dalam menciptakan karyanya, seorang seniman muslim tidak seharusnya bersikap sombong.
"Menurut Al-Faruqi, bila seseorang mengapresiasi sebuah karya seni, misalnya karpet atau kaligrafi, apresiasi ini tidak dibatasi oleh wujud karya seni itu semata, tetapi bergerak terus menerus sampai ketakterbatasan.
Begitu juga dengan karya sastra. Seperti biasa, Al-Faruqi bersikap empati --- dengan membuat kami merasa dekat dengannya. Kemudian, tiba-tiba dia menghentikan kuliahnya dan berkata, 'saya mengatakan semua ini kepada Anda karena Anda akan segera kembali ke negara Anda.
Anda akan menyerang tulisan Sekuler di Malaysia. Serang lah mereka dengan sungguh-dungguh dan langsung dengan mengatakan: "Anda neniru barat tetapi Anda lebih buruk dari pada model Anda, karena anda membuat tiruan yang sangat buruk.
Al-Fatikha.....
