mercusuar867 - Namun tidak demikian dengan Habib Umar bin Hafidz. Meski memiliki jutaan pengagum yang terbesar di seluruh dunia, sosoknya masih saja bersahaja. Ia tidak melakukan sensasi apapun dan tidak pernah peduli dengan popularitasnya.
Ia tidak peduli apakah di dunia ini orang-orang mengidolakan dia atau tidak. Ia tidak membuat pencitraan sehingga dapat berdakwah tanpa beban apapun.
Ia tidak khawatir dianggap ketinggalan zaman sehingga materi dan strategi dakwahnya masih tetap membicarakan masalah-masalah yang sudah pernah di bahas oleh Salafush shalih ribuan tahun yang lampau.
Cerita Habib Umar bin Hafidz yang memarahi santrinya karena melaporkan bahwa ada seorang tokoh menjelek-jelekkan dirinya merupakan salah satu bukti bahwa bagi Habib Umar bin Hafidz, hinaan apapun yang dilakukan seseorang tidak perlu terlalu disikapi secara berlebihan. Bahkan hal itu tidak perlu dianggap sebagai hal yang perlu dirisaukan.
Barangkali, bagi Habib Umar bin Hafidz, hinaan dan cacian orang lain terhadap dirinya belumlah seberapa bila dibandingkan apa yang pernah dirasakan oleh datuknya atau leluhurnya sendiri, yaitu Rasulullah Muhammad Saw.
Dari sejarah, kita tahu betapa semasa hidupnya, dalam perjuangannya menyampaikan risalah Alloh Swt, Nabi Muhammad Saw mengalami tidak saja hinaan, namun juga perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi, ancaman dan sekian tindakan lain yang melanggar hak asasi beliau sebagai seorang utusan Alloh Swt.
Bersambung.....