Mercusuar867 - Alkisah pada akhir Agustus.2022 setahun yang lalu, kita berkunjung yang terakhir kali ke Pulau Dewata Bali. Mungkin masih ada waktu tahun depan kita keluyuran lagi ke Bali setelah usai pemilu. Salah satu programnya untuk mengucapkan Selamat kepada sahabat karib kita Tn I Dewa Putu Tjintiadnja yang pada saat ini berstatus sebagai caleg PKN. Teriring asa, semoga dia sukses meraih kursi anggota dewan di Pulau Dewata.
Kemudian sore ini, kita meluncur ke Bandara Juanda Sidoarjo untuk mengantarkan cucu lanang Gus Rama dari Demak Jawa Tengah yang akan terbang ke Denpasar Bali mengikuti ayah kandungnya yang tugas di Karangasem. Semoga dia cepat beradaptasi dengan udara dan lingkungan hidup yang baru di Pulau Bali Dewata.
Kawan kita bertanya, kenapa Pulau Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu disebut dengan istilah Pulau Dewata ?
Nama tersebut ada sisi kesamaan dengan nama Pulau Jawata (al-Jawi). Namun dalam legenda rakyat, bahwa antara Pulau Bali dan Pulau Jawa, keduanya tidak boleh disambungkan dengan membangun jembatan panjang seperti Jembatan dari kota Surabaya ke pulau Madura (Suramadu).
Pengalaman tahun lalu, ketika kita naik kapal Feri saat menyeberangi Selat Bali terjadi ombak besar dan angin kencang, hingga percikan air laut naik ke atas kapal. Pada saat itu kita ingat fatwa Kiai asal Madura, supaya baca Surat al-Fatihah dan kirim salawat kepada Nabi Allah Khidir AS yang bertugas menjaga samudra di permukaan bumi sampai kiamat datang.
Sebelumnya kita pernah baca informasi dari internet, bahwa kapal selam milik TNI-AL yang pernah tenggelam di Selat Bali. Kapal selam tersebut terkena arus Tiga Bermuda seperti di wilayah Tiga Bermuda di Benua Amerika. Hal itu juga terjadi pada kapal laut Tampomas yang tenggelam di dekat pulau Masalembu di Laut Jawa. Afwan Wallahu aklam
Selasa, 21 November 23
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim