Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

68 (Enam Puluh Delapan) Runtuhnya Dinasti Qajar

Jumat, 08 Desember 2023 | Desember 08, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-12-08T09:58:45Z
mercusuar867 -  Semakin besarnya utang Syah, keterlibatan dan kekejaman orang Belgia kepada pemerintahan dan penataan pajak, cengkeraman Rusia dan Inggris yang semakin kuat, dan semakin memburuknya ekonomi negara, telah menaikkan kembali suhu kebencian dan oposisi rakyat terhadap Dinasti Qajar. 

Anjumans, sebuah buletin malam hari, melancarkan kritik dan mendorong gerakan anti-pemerintah. 

Berbagai informasi tentang negara Parlemen di Eropa, struktur kekuasaan Parlemen di Eropa, struktur kekuasaan Parlemen di Rusia, dan modernisation yang terjadi di Dinasti Utsmani dan Mesir, beredar secara luas sehingga mempertajam tekad rakyat untuk memikirkan struktur pemerintahan yang paling baik buat negaranya. 

Kekalahan Rusia dan Jepang dalam perang pada 1904-1905 dan Revolusi Rusia tahun 1905 telah mengantarkan kebencian dan perlawanan Rakyat menjadi sebuah gerakan yang massif. 

Semua faktor tersebut melincinkan jalan bagi terwujud apa yang dikenal dalam sejarah dengan The Constitutional Revolution, (Revolusi Konstitusional) pada tahun 1905-1911.

Revolusi Konstitusional ini berawal pada bulan Desember 1905 Gubernur Teheran menghukum para pedagang gula karena mereka tidak mau menurunkannya harga sebagaimana yang di tuntut oleh penguasa. 

Kejadian ini memicu perlawanan Rakyat secara massal. Beberapa Ulama dan kaum Nazaruddin melakukan protes damai dengan berlindung di Masjid Teheran. 

Kelompok lain yang dipimpin oleh Ulama terkemuka Teheran, Sayyid Muhammad Tabataba'i dan Abdullah Behbehani, melakukan hal yang sama di makam Syahzade Abdul Azim, seorang Ulama besar Teheran. 

Beberapa mubaligh ulung, seperti Jamaluddin Esfahani dan Muhammad Fa'iz, melalui mimbar jumat dan pengajian, mengibarkan protes massal terhadap kebijakan Dinasti Qajar. 

Akhirnya, pada bulan Juli 1906, mayoritas penduduk Teheran keluar dari kota dengan dipimpin oleh Sayyid Muhammad Tabataba'i dan Abdullah Behbehani. Mereka menuju kota Qum untuk berlindung di sana. 

Mereka meninggalkan kota Teheran tanpa pemimpin agama. Aktivis-aktivis yang lain juga melakukan hal yang sama di kedutaan Besar Inggris di Teheran. Mereka tidak akan kembali sebelum tuntutan mereka, yakni pendirian majelis Nasional, dipenuhi. 

Gelombang protes yang terakhir berhasil memaksa Muzaffaruddin untuk menerima tuntan tersebut. Maka, pada awal Agustus 1906, Majelis Nasional yang pertama berdiri di Iran. 
×
Berita Terbaru Update