mercusuar 867 - Tetapi, apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menyikapi perlakuan kamunya sungguh diluar dugaan.
Alih-alih beliau membalas dendam, bahkan dirinya sudah memiliki ribuan pengikut yang tersebar di seantero tanah Makkah dan Madinah kala itu, pembalasan yang beliau lakukan tidak lain adalah doa.
Doa agar mereka diberikan hidayah sehingga mengerti mana kebenaran dan mana kebatilan.
Habib Umar bin Hafidz kurang lebih memperlihatkan sikap-sikap seperti itu. Ketika ia harus kehilangan seorang ayah oleh tindakan keji kaum komunis waktu itu, ia tidak menggalang satu kekuatan untuk mencari dalang siapa dibalik tragedi penculikan ayahnya.
Meskipun ia memiliki jutaan pengagum di seluruh dunia, memiliki jutaan umat, hal itu sama sekali tidak dimanfaatkan untuk melawan siapapun yang pernah berbuat jahat kepada dirinya dan keluarganya.
Sekali lagi, Kemasyhuran dan popularitas Habib Umar bin Hafidz tidak membuat tidak membuat niat dan cita-cita dakwahnya terganggu. Ia berdakwah sesuai dengan perintah Alloh Swt, serta meneruskan jejak ayah dan keluarga besarnya yang tak pernah lelah mengajak manusia ke jalan kebenaran.
Selebihnya, ia tidak peduli terhadap kemasyhuran dan popularitasnya. Sebab, ia tidak sedang mencari panggung. Ia hanya peduli bahwa cinta kasih Allah Swt dan Rasul-Nya harus di sampaikan kepada setiap hati manusia agar mereka kembali kepada Allah Swt dan Rasul-Nya.
Bersambung.....